Travelling to Mexico

Puerto Lobos, Mexico

Kota Nelayan yang mencoba bertahan.

Bagian II
Perjalanan panjang dari Phoenix, AZ hingga Puerto Lobos, Meksiko memakan waktu kurang lebih delapan jam. Walaupun sebenarnya waktu tempuh sekitar enam jam saja. Jangan tanya kenapa bisa molor, perjalanan darat dengan bocah berusia dua tahun adalah tantangan tersendiri. Kami harus berhenti beberapa kali agar Baby Al bisa berjalan dan berlari sebentar. Setelah mendapatkan Visa sama sekali tidak ada kendala. Walaupun harus melewati tiga lapis pengamanan perbatasan di Amerika dan dua lapis perngamanan perbatasan di Meksiko, kami dapat melenggang masuk Meksiko. 
Kami tiba di Puerto Lobos sekitar pukul delapan malam, dirumah milik mertua. Disini, jauh dari hiruk pikuk dunia, tidak ada listrik, tidak ada internet, sinyal telepon, dan bahkan TV dan Radio sinyalnya pun terbatas. Untuk pertama kalinya selama berabad-abad rasanya, aku melihat lampu minyak, yang menyambut kami dalam keremangan. Tetiba aku merasa tentram, dalam sepi ini, aku merasa tenang, inilah liburan sesungguhnya, hanya aku, keluargaku dan alam.
Kami bangun pagi-pagi, sebelum matahari terbit. Aku dan suami memutuskan berjalan pagi melihat-lihat desa ini. Puerto Lobos nampak seperti desa nelayan di telenovela jadul "Marimar" rumah-rumah semi permanen yang berjejer tampak sederhana, dengan jaring dan peralatan menangkap ikan tergantung diterasnya. Khas desa nelayan.  Sepanjang jalan aku tidak melihat ada dua tiga warung kelontong yang buka, tidak ada rumah makan, apalagi restoran. Uniknya menurut mertua, kalau misalkan aku tertarik untuk mencicipi kuliner lokal, aku bisa datang kerumah tetangga diminta mereka memasak makanan khas sini, dan mereka dengan senang hati memasaknya untuk kami.

Penduduk yang melihat kami dengan ramahnya menyapa "Buenos Diaz!" atau "Como Esta". Anak-anak kecil berlarian bermain dijalan, sesuatu yang mengingatkanku pada kampung halaman.  Disini tanah berpasir dan berdebu. Berjalan sebentar saja, debu sudah naik hingga kelutut dan pasir menutupi kaki.  Kami terus berjalan hingga kepantai, dan benar saja, Puerto Lobos dalam kesederhanaannya memiliki pantai cantik yang sepi, namun ramah menyapa kami pagi ini.




Air laut masih dingin namun sebentar saja, menjadi hangat ketika matahari mulai naik. Kami berenang sebentar, lalu duduk dipasir hingga baju kami kering. Selama itu, tidak ada orang lain disini kecuali kami bertiga, benar-benar serasa pantai pribadi. 
Pulang kerumah untuk sarapan dan sesudahnya kami hanya berbaring diayunan sambil membaca buku, lalu tidur siang, hal yang sudah lama tidak aku lakukan, membaca buku hingga terlelap, disianghari. Sementara Baby Al bermain dengan anak kecil setempat, senang melihatnya banyak teman. Beginilah nak kalau didesa, kau tak punya pagar yang membatasi gerak mu, dan kau bebas bermain dengan temanmu. 

Sementara aku hanya bermalasan-malasan, perjalanan jauh kemarin lumayan menguras energi. Suasana yang tenang dan sepi, hanya deburan ombak yang samar-samar terdengar, angin laut semilir, ah, benar-benar membuatku merasa santai dan tenang.

Sorenya kami berjalan kaki ke bukit pasir.Pemandangannya mirip dengan setting film "dunes. Gurun pasir dan bukit pasir yang membentang hingga kepegunungan digaris cakrawala. Baby Al sangat senang, dia dapat berlarian dan bergulingan dipasir yang hangat dan lembut.






Sepanjang petang kami habiskan disini, ketika matahari mulai turun kami berjalan kepantai untuk melihat matahari terbenam, dan pulang kerumah untuk beristirahat.





Komentar

Postingan Populer