Sri Lanka


Serendipity in Sri Lanka

Sri Lanka mungkin bukan merupakan tujuan wisata yang populer di Indonesia, tapi negara yang baru saja lepas dari pergolakan ini pantas dimasukkan dalam daftar tempat-tempat yang patut dikunjungin dalam hidup anda. Dalam beberapa tahun terakhir setelah meredanya pemberontakan macan tamil, dan setelah dihantam Tsunami, Sri Lanka mulai berbenah dan gencar mempromosikan pariwisatanya.

Saya ke Sri Lanka bulan Juni, 2012 untuk mengikuti suatu konferensi linguistik, dan seperti kebanyakan orang Indonesia, jika bukan karena undangan ini, mungkin saya tidak terfikir untuk mengunjungi negara indah ini. Namun ketika saya disana ada banyak kejutan dan pengalaman yang menyenangkan yang saya bagi dalam blog saya ini.

Sri Lanka in brief


Sri Lanka memiliki banyak potensi objek wisata yang siap digali, beberapa bahkan sudah masuk dalam Unesco World Heritage Sites, antara lain Kota Kuno Polonnaruwa dan Kota Kuno Sirigaya, namun tak hanya kuta kuno, berbagai candi yang berusia ribuan tahun, seperti Temple of Tooth (Candi Relik Gigi Budha) pantai yang indah hingga makanan yang lezat menggugah selera siap dinikmati jika anda berkunjung ke Sri Lanka.



Visa to Sri Lanka



Sri Lanka menyediakan layanan Visa on Arrival bagi warga negara Indonesia yang berkunjung ke Sri Lanka, informasi lebih lanjut silahkan lihat www.lankaemb.com. Yang perlu disiapkan adalah Passport yang masih berlaku, formulir yang sudah diisi, disetujui oleh pihak embassy, formulir ini dapat dicetak dan dibawa, dan biaya Visa sebesar 25 US$, saya juga diinformasikan oleh petugas kedutaan untuk membawa cetak rekening tabungan saya.  



How to get to Sri Lanka



Perjalanan ke Sri Lanka dapat ditempuh dengan perjalanan udara dari Jakarta, beberapa Maskapai dapat menjadi pilihan anda, mulai dari penerbangan langsung dan transit. Penerbangan langsung disediakan oleh Mihilanka Airlines yang terbang dari Jakarta ke Sri Lanka sebanyak 6 kali seminggu (silahkan lihat http://www.mihinlanka.com/) jarak tempuh sekitar 4 jam 35 menit. Penerbangan transit bisa dengan Tiger Airlines atau Air Asia, yang transit di Singapore atau Malaysia. Saya sendiri memilih pernerbangan transit ke Singapore, karena sudah lama saya tidak mengunjungi Singapore dan sekadar untuk bernostalgia disana. Penerbangan transit yang saya ambil adalah Tiger Airlines ke Singapore (1 jam 42 menit) dan dari Singapore ke Sri Lanka dengan Air Asia, dengan jarak tempuh sekitar 3 jam 47 menit, sehingga total perjalanan sekitar hampir 6 jam. 



Sri Lanka: Day 1



Saya tiba di Sri Lanka sekitar jam 10 pagi, di Bandara Internasional ( Bandaranaike International Airport) di Kota Colombo, Bandara internasional yang  ini kecil namun cukup nyaman. Saya masih 

harus mengantri untuk mendapatkan visa di passport saya, untungnya semua sudah saya siapkan, 
termasuk cetak rekening saya, yang ternyata sama sekali tidak dilihat oleh petugas imigrasinya, tidak 
ada banyak pertanyaan yang diberikan ke saya, setelah lima menit, petugas tersenyum dan berkata "Please enjoy Sri Lanka, mam!". Setelah melewati imigrasi, saya langsung menukar dollar ke Sri Lankan Rupee. Saya sengaja memilih bandara karena ini kunjungan pertama saya, saya tidak mau berspekulasi menukar ditempat lain yang belum tentu terjamin, keluarnya saya dari bandara, saya langsung dikerubuti oleh bapak-bapak yang menyediakan jasa tur dan taksi, tidak tanggung-tanggung bapak-bapak yang memberikan kartu nama ke saya bergelar Doktoral, dengan cincin bermata besar (yang mengingatkan saya dengan para dukun di Indonesia), no noeed to worry  dengan jasa taksi ini, karena merupakan bagian dari program wisata Sri Lanka, dan dijamin oleh pemerintah kota Colombo, taksi ini tidak memakai meter, namun mereka menyediakan daftar harga sesuai dengan jarak tempuh, harga ini masih dapat ditawar, tentunya tidak terlalu signifikan turunnya. Pilihan lain selain aksi adalah bajaj, yang banyak sekali mondar-mandir, namun harus keluar dari areal bandara, rata-rata bajaj ini memakai meter, namun keamanan belum terjamin, terutama
keamanan harga, bisa saja mereka memilih rute terjauh supaya harga meterannya tinggi.



Dari Bandara saya langsung meluncur ke Hotel Clarion, di Kiribathgoda, sepanjang perjalanan ke hotel, tidak terlalu banyak yang bisa dilihat, Colombo terlihat seperti gadis muda nan lugu, yang belum penuh dengan 'solekan' disana sini, kota ini sederhana mengingatkan saya dengan kampung halaman saya, Jambi. 

Setelah berkemas, saya menyempatkan makan siang direstoran hotel, menu yang saya cicipi adalah beef black curry dan daal, saya penyuka pedas, dan rasa kari ini benar-benar memuaskan saya, paduan rempah-rempahnya manstap sekali, dan porsi nasinya sangat besar untuk satu orang seperti saya. Harga untuk satu mangkok daal plus nasinya, nasi basmati aseli adalah sekitar 525 rupee atau sekitar 40 ribuan, dan harga ini lebih mahal karena harga hotel.



Menjelang petang saya langsung ke Pantai Colombo, dengan menumpangi bajaj yang dicarikan oleh pihak hotel, harga bajaj ini harus ditawar dan disepakati dimuka. Pantai Colombo bukanlah seperti pantai-pantai di Bali, karena langsung menghadap ke Samudera India, ombak di pantai ini lumayan keras dan pecah, bukan tipikal pantai untuk berenang, namun pantai ini cukup ramai dengan wisatawan lokal dan mancanegara, beberapa duduk -duduk dibibir pantai sambil menikmati jajanan yang ada seperti aneka gorengan udang dan kepiting, dengan saus pedas manis, harganya kalau dirupiahkan sekitar 3000 satu gorengan.



Satu hal yang harus diperhatikan di Srilanka. Disini, kaki (betis dan paha) sepertinya menjadi aurat bagi para wanitanya, sehingga di pantai-pantai pun mereka menggunakan rok panjang atau celana sejenis kulot yang panjang, jadilah saya lumayan salah kostum disini, karena menggunakan celana pendek hitam selutut. Wanita disini juga tampil sangat alami, bahkan tidak berdandan, dan mereka terlihat manis. Pria di Colombo juga tidak segan-segan memakai sarung kemana-mana, dari pasar hingga ke pantai, dari rumah hingga ke mall, jadi pemandangan pria tinggi besar berkumis melintang plus sarung, bisa ditemukan dimana-mana disini.



Malamnya kami menikmati makan malam dipinggir pantai, salah satu kedai yang dikelola kelompok minoritas muslim setempat, etnis Moor. Kedai ini menyajikan berbagai nasi goreng, masakan ayam dan ikan, kami memilih deviled chicken, yang rasanya tidak terlalu pedas dan agak kering. Harganya 350 rupee atau 25000 rupiah.





Sri lanka Day 2


Hari kedua kami memutuskan untuk berjalan- jalan untuk pergi ke Kandy, kota kecil disebelah barat Colombo, dari Colombo sekitar 5 jam naik bis. Kami memutuskan untuk naik bis ke Kandy, ongkosnya lumayan murah, hanya sekitar 135 rupee saja atau sekitar 10.000,- rupiah, namun dengan harga sedemikian murah, maka harus mahfum kalau bis yang dinaikin itu sejenis bis Non-AC Mayasari Jakarta - Tangerang. Hal yang menarik di Colombo adalah, kalau membayar ongkos bis akan diberi struk pembayaran, jadi kondektur bis disini menggunakan sejenis mesin kasir kecil ditangan yang akan langsung mengeluarkan struk apabila ada yang membayar ongkos.

Agak sore kami sampai di Kandy, sekilas Kandy nampak sederhana, disana-sini hanya  pertokoan dan kuil-kuil dan patung Budha, cuaca juga kurang bersahabat, ketika kami tiba, hujan sedang turun, menurut penduduk setempat, Kandy adalah kota yang disucikan, cuaca di Kandy tidak bisa diprediksi dan apabila  memiliki niat jahat disana, konon langsung terkena karma. Tujuan utama adalah melihat Budha Tooth Relic Temple, namun dari informasi setempat, kami disarankan kesana menjelang pukul 7 karena akan ada upacara dan saat upacara bisa langsung melihat relic gigi asli Sang Budha. Masih ada beberapa jam sebelum pukul 7, jadi kami memutuskan untuk berkeliling dengan naik bajaj, mulai dari Kandy Lake, menyusuri kota berjalan kaki, melihat kuil-kuil umat hindu (bahkan sempat melihat prosesi sembahyang-nya), dan kepasar lokal setempat. Saya agak kecewa dengan cara penjual di pasar lokal menjual barangnya ke para wisatawan, karena cenderung memaksa dan bahkan mengintimidasi, saya melihat beberapa turis yang didesak untuk membeli barang jualan mereka, namun saya sendiri mendapatkan penjual yang lebih "halus", setelah dipersilahkan duduk dan diberikan teh, mencicip satu duah buah yang mereka jual, total belanjaan saya langsung menjadi 6500 rupee atau sekitar 500 ribuan, padahal isinya cuma bumbu kari, satu pak teh, lotion dan balsem :( .

Budha Tooth Relic Temple menjadi atraksi utama kota kecil ini, kuil ini istimewa karena memiliki gigi asli sang Budha. Ketika tiba disana, kami memasuki pintu masuk yang berbeda untuk pria dan wanita, yang dijaga langsung oleh polisi setempat, oh iya, dikuil ini dilarang membawa rokok.



Kuil ini sangat megah, dari depan bangunannya berwarna putih, kami diarahkan untuk menitipkan sepatu dan sendal kami, sebagai ganti kami diberikan penutup kaki sederhana. Apabila hanya masuk kedalam area kuil, pengunjung tidak harus membayar, namun apabila ingin masuk kedalam, turis diwajibkan membayar sekitar 1500 rupee atau sekitar 100.000,- rupiah, dan sebagai ganti akan mendapatkan  tiket dan CD kecil mengenai sejarah kuil ini.

Ketika kami masuk kekuil kami diambut dengan sekelompok pria berpakaian tradisional yang membunyikan tetabuhan, mereka berdiri didepan kumpulan patung Budha, oh iya, disini berhati-hati dengan posisi ketika mau mengambil photo, karena kita tidak diperkenankan membelakangi patung Budha, jadi harus menghadap atau menyamping.

Ketika sudah berkeliling, kami naik kelantai atas dimana relic gigi Budha disimpan, konon ini adalah gigi asli Sang Budha, yang dulu pernah dihancurkan oleh seorang raja Hindu, lalu sempat disimpan pihak Inggris, sebelum akhirnya ditempatkan dikuil ini. Namun jangan harap akan melihatnya dalam bentuk asli gigi, karena relic ini hanya bagian dari gigi Budha saja, dan ditempatkan dalam sejenis lonceng berwarna emas. Apabila ingin melihat relic ini, kita harus menunggu para peziarah dan umat Budha selesai sembahyang.  Masing masing pengunjung harus mengantri untuk melihat relic ini, dan hanya bisa melihat sepintas lalu saja. 









Srilanka Day 3

Tidak banyak acara jalan-jalan hari ini, karena kami sudah harus menghadiri konferensi, namun malamnya kami sempat kembali melihat pantai di Colombo dan makan malam di Raja Bojun , restauran ini menyediakan hindangan seafood yang dimasak ala Sri Lanka, bisa buffet atau a' la carte, tapi saya sarankan buffet saja mengingat harganya yang tidak mahal, "hanya" 2000 rupee atau sekitar 150 ribuan.

Sebenarnya ada banyak tempat lain yang bisa dikunjungi di Sri Lanka, namun karena keterbatasan waktu kami hanya bisa berkunjung ketempat-tempat ini saja, karena itu saya ingin kembali ke Sri Lanka suatu saat nanti :)

Komentar

Postingan Populer